Wednesday, January 06, 2010

PSSI: 'persatuan' atau 'partai' kah???

peluit panjang dibunyikan...

dan lengkaplah sudah ke-malu-an Timnas Indonesia kali ini: Gagal mempertahankan tradisi masuk putaran final Piala Asia sejak tahun 1996. Parahnya lagi,ini adalah penurunan yang sangat drastis setelah kejuaraan tahun 2007,Indonesia menjadi tuan rumah dan hanya kalah dari keberuntungan: Defleksi Bola saat melawan Korea Selatan, dan 'konspirasi terselubung' antara Arab Saudi dan wasit asal UEA Ali Hamad Madhad Saif Al Badwawi.

Tapi untuk kali ini, jelas merupakan akumulasi dari kelakuan induk sepakbola tertinggi di negara ini yang benar-benar kacau dan amatir: PSSI. Mulai dari sistem pembinaan yang sekedar 'formalitas' di mata FIFA,Ketua yang bermasalah (dipertahankan pula),hingga kualitas wasit lokal yang mempengaruhi permainan timnas di tingkat internasional.

Kesampingkanlah fakta yang terakhir. Dosa kali ini milik PSSI yang 'tega' mempermainkan Timnas demi (kalo boleh dikatakan) kepentingan tertentu. Dan bukan rahasia lagi,PSSI sudah merubah orientasi dari prestasi menjadi semata-mata karena uang.

Lihat saja,kompetisi tingkat junior tidak akan berjalan jika tidak ada sponsor yang berniat mengucurkan dana. Belum lagi,mereka tidak pernah mengundang tim/timnas lain untuk bertanding sebatas uji coba.Catat: kedatangan Borrusia Dortmund dan Bayern Munchen bukan inisiatif dari mereka,tetapi melalui promotor seperti pertandingan tinju.

Mengapa demikian? UANG!!

Mereka mungkin keberatan menggelontorkan dana yang sudah dianggarkan untuk pertandingan uji coba persiapan timnas. Contoh yang baru, ketika OMAN memilih bertanding dengan Singapura,Indonesia malah bertanding dengan Afrika Selection yang tidak jelas dari mana pemainnya berasal,dari tim mana,dari divisi apa. Hasilnya,pemain tidak dapat bermain bagus dan yang terjadi malah cedera. Pemain dan Pelatih justru berkomentar bahwa ini bukan pertandingan sepak bola. Sebelumnya,Timnas malah pernah Ujicoba dengan tim amatir (timnas vs amatir???). Mungkin PSSI menilai membayar fee untuk tim-tim semacam itu lebih gampang ketimbang membayar timnas dari negara lain seperti thailand,Singapura,Iran,bahkan Belanda pernah berminat untuk berujicoba.

Tidak hanya pada pertandingan uji coba. Perlakuan yang sama terjadi pada pemain hingga pelatih. Mereka banyak menunda (mungkin dibunga-kan) pembayaran bonus untuk pemain,bahkan gaji pelatih telat juga. Hal inilah yang menyebabkan beberapa pemain enggan bermain untuk timnas,bahkan Pelatih Benny Dollo sampai mengambil jabatan direktur teknik di klub Persija Jakarta,karena khawatir dengan 'nafkah' untuk keluarganya yang tidak pasti.

Sudah salah,tidak mau mengalah.
Inilah hebatnya PSSI. Bahkan saya tidak habis pikir. Jika di Jerman legenda hidup Franz Beckenbauer dan Theo Zwanzinger mendapat posisi yang bergengsi di DFB,mengapa di PSSI hanya nama (alm) Ronny Pattinasarani? itu juga hanya di posisi Direktur Pembinaan,bukan pada pucuk pimpinan. Bahkan didalamnya tidak banyak nama-nama yang akrab didunia persepakbolaan di negeri ini. yang ada hanyalah orang-orang yang ber-uang banyak,mirip anggota Partai. Perekrutannya pun tidak jelas. Jadi bertanya-tanya, ini 'Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia',atau 'Partai Sepakbola Seluruh Indonesia'?? Terlihat sekali tidak ada hasrat untuk memajukan persepakbolaan di Indonesia. Yang ada hanyalah seorang petinggi yang 'abadi' plus rekan-rekan sejawatnya,bahkan praktik-prakti kotor warisan jaman dulu masih terlihat dalam perekrutan pemain Timnas. Banyak pemain-pemain yang bagus hasil dari kompetisi,tetapi tidak bisa tampil di timnas karena tidak ada Koneksi (istilah halus nya:rekomendasi). Wajarlah,kalau pemainnya itu-itu saja,meskipun ada yang layak,tetapi kualitas nya dari dulu segitu-segitu saja,dan prestasi timnas nya juga segitu-segitu saja,malah menurun.

Mungkin kekesalan Hendri merupakan puncak kekesalan suporter,mungkin Rakyat Indonesia terhadap prestasi sepakbola nya yang 'larut'..

No comments:

Post a Comment